Sebenarnya, tidak semua perilaku pengunjung yang sambangi pameran seni tak melulu disibukkan dengan selfie maupun wefie. Namun saat mereka berkunjung ke contemporary art gallery, seringkali sebagian besar dari mereka senang menjadikan karya seni sebagai background atau latar belakang potret lalu mengupload ke akun media sosial.
Tingkah pengunjung seperti tersebut sangat disayangkan oleh sejumlah pihak tergolong seniman. Wedhar Riyadi, salah seorang seniman asal Yogyakarta ini paling menyayangkan masih tidak sedikit pengunjung yang tidak cukup mengapresiasi karya seni. "Sebenarnya selfie atau wefie tidak dilarang pun ya, asal tidak menganggu karya. Tapi ada tidak sedikit elemen yang dapat kita bisa atau rasakan dari suatu karya dan tersebut tidak dapat digantikan dengan mata kamera lagipula cuma sebagai background potret saja," kata Wedhar. Menurutnya, pengunjung telah seyogyanya menghargai dan mencoba mengetahui sebuah karya seni. "Kita mesti belajar pun untuk menghargai dan mengetahui sebuah karya, bagaimana pesan, informasi atau proses yang dikatakan melalui suatu karya. Justru bila saya terdapat di suatu pameran ialah momen yang tepat untuk menyediakan waktu dengan memanjakan indera kita," ujarnya. Sama halnya dengan yang disebutkan oleh Naufal Abshar. Seniman yang familiar lewat seri lukisan 'HAHA' itu pun menyayangkan masih tidak sedikit pengunjung yang menjadikan karya seni sebagai background potret karena bisa menganggu estetikanya. Fenomena selfie atau wefie di depan karya, menurut keterangan dari Naufal, baru ngetren di Indonesia belakangan ini saja. Sejalan dengan berkembangnya media sosial di ranah dunia maya. Pengunjung museum dan galeri seni di luar negeri, tidak terdapat yang selfie bertema OOTD. "Mereka terdapat yang potret di depan karya namun tidak selfies-tik lagipula dengan tema OOTD. Itu yang paling sedih, lagipula kasus di MACAN hingga merusak karya. Bisa dibilang paling tidak lumrah, dapat menganggu estetika museum sendiri," kata alumni LASALLE College of the Arts dan Goldsmith University London. Ditambah lagi dengan kehadiran semua influencer yang datang ke museum dan galeri serta hendak followers-nya mengikuti. "Sebenarnya its okay, bila masih dalam batas wajar. Kalau di luar batas lagipula merusak karya tersebut sudah tidak wajar. Di anda ini perlunya pendidikan bagaimana mengapresiasi seni." Di akhir obrolan, Naufal menegaskan karya seni tersebut bukan sekadar guna difoto kemudian dijadikan background foto. "Seni tersebut untuk didiskusikan dan dicerna," pungkasnya.
0 Comments
|
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
August 2020
Categories |